Menjadi pengrajin tampaknya memang sudah mendarah daging bagi warga Desa Tutul, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember ini.
Sejarah mencatat bahwa pembuatan kerajinan di desa ini sudah berlangsung sejak 1970-an. Kala itu warga desa ini banyak menemukan tumpukan-tumpukan kayu yang hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar.
Pemanfaatan Kayu
Dalam perjalanannya, tumpukan kayu yang banyak itu, oleh beberapa orang, kemudian diolah dan dimanfaatkan untuk menjadi barang keperluan sehari-hari.
Awalnya mereka membuat gelang dan tasbih untuk dipakai sendiri dan dipasarkan di sekitar desa. Namun setelah dipasarkan rupanya sambutan pasar bagus.
Dari situlah kemudian warga lain ikut memanfaatkan sisa-sisa kayu itu untuk dibuat aksesoris. Dan kini sebagian besar warga Desa Tutul memiliki kesibukan menjadi pengrajin.
Aksesoris Kayu
Pada umumnya pengrajin di Desa Tutul menggunakan jenis-jenis kayu seperti kayu asem, kayu kokon, dan kayu gaharu. Namun pemilihan kayu ini juga tergantung permintaan. Potongan-potongan kayu itu lalu diolah dan dibentuk menjadi beberapa macam aksesoris. Ada tasbih, gelang, kalung, cangklong rokok, dan lainnya.
Masing-masing warga punya kesibukannya sendiri, ada yang mengoperasikan mesin, ada pula yang sedang memotong kayu. Sehingga ketika memasuki desa tersebut suara bising dan gemuruh mesin itu terdengar hingga ke jalan utama desa.
Dengan rata-rata kesibukan dan hasil nya adalah kerajinan tangan dari kayu, maka warga Desa Tutul tersebut membuat sebuah plang besar di jalan masuk desa bertuliskan, “Selamat Datang di Sentra Industri Kecil (Handicraft)”.

Pengrajin di Desa Tutul Kabupaten Jember (Zahra/indobalinews)
Papan sambutan dan julukan desa tersebut bisa langsung kita lihat begitu memasuki desa yang berjarak kurang lebih 25 kilometer dari ibu kota Kabupaten Jember ini. Dalam perkembangannya, pengrajin Desa Tutul itu juga juga membuat kerajinan berbahan kayu seperti sendok, garpu, piring, nampan, mangkok, cangkir, dan sutil (spatula), Tasbih, kalung, cincin, selongsong keris, cangklong tembakau, pipa rokok,gelang.
Mendunia
Kini hasil kerajinan Desa Tutul sudah mendunia, dimana awalnya mereka memasarkan hasil kerajinannya di Bali karena dianggap banyak turis baik lokal maupun non lokal.
Pada tahun 2010 pemesan dari luar negeri datang sendiri ke Desa Tutul itu. Hingga dikenal hingga mancanegara dan sudah menembus pasar ekspor seperti Arab Saudi, Australia, Amerika, Eropa, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.
Karena produktivitasnya itu, pada 2013, desa ini dinobatkan menjadi Desa Produktif, sebagai salah satu desa dari 132 desa produktif di Indonesia. Penobatan dilakukan oleh Muhaimin Iskandar, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi waktu itu.

Kerajinan tangan dari Desa Tutul Kabupaten Jember (Zahra/indobalinews)
Penobatan ini dilakukan karena warga desa dinilai produktif. Dimana ada sekitar 1.057 orang yang berprofesi sebagai pengrajin dari sembilan ribuan lebih warga desa tersebut.
Dengan banyaknya yang menjadi pengrajin, maka pengangguran yang selama ini menjadi momok pun bisa diminimalisir. Bahkan, tingkat migrasi warga di desa itu pun minim karena banyak pekerjaan yang tersedia di desa tersebut.
Seperti halnya Nur Bahagio, warga Desa Tutul yang sempat diwawancarai menceritakan bahwa dia sudah mulai menggeluti di bidang kerajinan tangan ini, sejak duduk di bangku SMP pada 2015 hingga saat ini.
Sementara itu, pemilik usaha JBC Craft, Sohibur Rohman, pria kelahiran 1986 yang telah menjalani usaha selama 3 tahun belakangan ini mengatakan, “Sempat terkendala pada bulan April 2020 karena pandemi Covid-19, saat lockdown awal, pengiriman kerajinan melalui jasa pengiriman barang ditutup di Kota Jember Jawa Timur, dan sekarang sudah mulai normal kembali.”
Sumber : indobalinews